Peranan mahasiswa dalam mempertahankan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan adalah dalam penggunaan bahasa pengucapannya sehari-hari untuk berbincang-bincang dengan orang lain baik secara formal maupun informal. Selain itu mahasiswa juga diharapkan untuk dapat mengutamakan bahasa Indonesia daripada bahasa asing seperti bahasa Inggris ataupun bahasa yang lainnya untuk menjaga kelestarian bahasa Indonesia supaya tidak dicampur-adukkan dengan bahasa lain yang dapat membuat eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan perlahan-lahan mulai terancam.
Contoh :
Mahasiswa menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Mendapat pelajaran bahasa Indonesia dan mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mahasiswa menyampaikan gagasan, pikiran, ide, pikiran, harapan, dan keinginan lewat bahasa Indonesia.
Sumber :
-http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/10/peranan-dan-fungsi-bahasa-indonesia/
-http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/13/%E2%80%9Cprevoir%E2%80%9D-bahasa-indonesia-ditengah-arus-globalisasi/
Kamis, 06 Desember 2012
Hubungan Manusia Dengan Pandangan Hidup Atau Falsafah Budaya Indonesia
Hubungan manusia dengan pandangan hidup sangat erat kaitannya karena manusia sangat membutuhkan pandangan hidup supaya mereka mendapatkan tujuan dari hidup mereka, pandangan hidup akan menjadi tiang besar di dalam diri setiap manusia. Manusia adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan dengan kesempurnaannya dapat memiliki akal dan pikiran, serta hati yang membentuk karakter manusia yang terbentuk dari 3 unsur, yaitu pikiran, hati nurani, dan hawa nafsu. Ketiganya harus berjalan secara seimbang dan saling mengendalikan satu sama lain untuk menjadikan manusia itu memiliki karakter yang baik. Manusia harus dapat berpikir kritis dan ilmiah untuk menentukan masa depannya dengan menjadikan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu, manusia harus mengerti apa arti dari pandangan hidup itu sebenarnya supaya mereka tidak terjerumus pada hal-hal yang bersifat negatif. Pandangan hidup adalah sikap yang paling mendasar yang dimiliki oleh manusia dalam menyikapi permasalahan yang terjadi di dalam kehidupannya, pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, sebagai petunjuk kehidupan di dunia.
Pandangan hidup dapat dibedakan menjadi 3, berdasarkan jenisnya :
-Pandangan hidup dari agama : Kebenarannya bersifat mutlak.
-Pandangan hidup dari ideologi : Berasal dari kebudayaan dan norma yang terdapat di wilayah atau di negara sendiri.
-Pandangan hidup dari proses merenung : Kebenarannya bersifat relatif.
Pandangan hidup tersebut berbeda dengan cita-cita, cita-cita adalah suatu angan-angan yang ingin sekali kita capai dengan usaha dan kepercayaan diri kita untuk dapat mencapainya.
Ada beberapa unsur di dalam setiap pandangan hidup :
-Cita-cita
-Kebajikan atau kebaikan
-Usaha atau perjuangan
-Keyakinan atau kepercayaan
Sumber :
-http://gabriellabcde.blogspot.com/2012/04/hubungan-manusia-dengan-pandangan-hidup.html
Pandangan hidup dapat dibedakan menjadi 3, berdasarkan jenisnya :
-Pandangan hidup dari agama : Kebenarannya bersifat mutlak.
-Pandangan hidup dari ideologi : Berasal dari kebudayaan dan norma yang terdapat di wilayah atau di negara sendiri.
-Pandangan hidup dari proses merenung : Kebenarannya bersifat relatif.
Pandangan hidup tersebut berbeda dengan cita-cita, cita-cita adalah suatu angan-angan yang ingin sekali kita capai dengan usaha dan kepercayaan diri kita untuk dapat mencapainya.
Ada beberapa unsur di dalam setiap pandangan hidup :
-Cita-cita
-Kebajikan atau kebaikan
-Usaha atau perjuangan
-Keyakinan atau kepercayaan
Sumber :
-http://gabriellabcde.blogspot.com/2012/04/hubungan-manusia-dengan-pandangan-hidup.html
Usaha Manusia Dalam Mempertahankan Keindahan Dalam Bahasa Daerah Yang Terdapat di Indonesia
-Bahasa Daerah sebagai pendukung Bahasa Nasional
Bahasa daerah merupakan bahasa pendukung bahasa Indonesia yang keberadaannya diakui oleh Negara. UUD 1945 pada pasal 32 ayat (2) menegaskan bahwa “Negara menghormati dan memilihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.” dan juga sesuai dengan perumusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, bahwa bahasa daerah sebagai pendukung bahasa nasional merupakan sumber pembinaan bahasa Indonesia. Sumbangan bahasa daerah kepada bahasa Indonesia, antara lain, bidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan kosa kata. Demikian juga sebaliknya, bahasa Indonesia mempengaruhi perkembangan bahasa daerah. Hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah saling melengkapi dalam perkembangannya.
Contoh Kasus :
Seringkali istilah yang ada di dalam bahasa daerah belum muncul di bahasa indonesia sehingga bahasa indonesia memasukkannya istilah tersebut , contohnya “ gethuk “ { penganan dibuat dari ubi dan sejenisnya yang direbus, kemudian dicampur gula dan kelapa (ditumbuk bersama) } karena di bahasa indonesia istilah tersebut belum ada , maka istilah “ gethuk “ juga di resmikan di bahasa indonesia sebagai istilah dari “ penganan dibuat dari ubi dan sejenisnya yang direbus, kemudian dicampur gula dan kelapa (ditumbuk bersama) “ .
Tanggapan :
Usaha untuk mempertahankan bahasa daerah adalah dengan tidak melupakan bahasa daerah dari daerah kita masing-masing dan mengusahakan untuk menggunakan bahasa daerah tersebut ketika kita sedang melakukan percakapan informal seperti dengan keluarga ataupun teman, dan jika kita sedang berada di sekolah, di universitas ataupun di tempat kerja dengan percakapan formal setiap harinya, kita dapat menggunakan bahasa ibu kita yaitu bahasa Indonesia.
Sumber :
-http://wakuadratn.wordpress.com/2011/08/05/hubungan-fungsi-bahasa-daerah-dengan-bahasa-indonesia/
-http://fardelynhacky.blogspot.com/2012/06/bangga-berbahasa-indonesia-dan-bahasa.html
Bahasa daerah merupakan bahasa pendukung bahasa Indonesia yang keberadaannya diakui oleh Negara. UUD 1945 pada pasal 32 ayat (2) menegaskan bahwa “Negara menghormati dan memilihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.” dan juga sesuai dengan perumusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, bahwa bahasa daerah sebagai pendukung bahasa nasional merupakan sumber pembinaan bahasa Indonesia. Sumbangan bahasa daerah kepada bahasa Indonesia, antara lain, bidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan kosa kata. Demikian juga sebaliknya, bahasa Indonesia mempengaruhi perkembangan bahasa daerah. Hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah saling melengkapi dalam perkembangannya.
Contoh Kasus :
Seringkali istilah yang ada di dalam bahasa daerah belum muncul di bahasa indonesia sehingga bahasa indonesia memasukkannya istilah tersebut , contohnya “ gethuk “ { penganan dibuat dari ubi dan sejenisnya yang direbus, kemudian dicampur gula dan kelapa (ditumbuk bersama) } karena di bahasa indonesia istilah tersebut belum ada , maka istilah “ gethuk “ juga di resmikan di bahasa indonesia sebagai istilah dari “ penganan dibuat dari ubi dan sejenisnya yang direbus, kemudian dicampur gula dan kelapa (ditumbuk bersama) “ .
Tanggapan :
Usaha untuk mempertahankan bahasa daerah adalah dengan tidak melupakan bahasa daerah dari daerah kita masing-masing dan mengusahakan untuk menggunakan bahasa daerah tersebut ketika kita sedang melakukan percakapan informal seperti dengan keluarga ataupun teman, dan jika kita sedang berada di sekolah, di universitas ataupun di tempat kerja dengan percakapan formal setiap harinya, kita dapat menggunakan bahasa ibu kita yaitu bahasa Indonesia.
Sumber :
-http://wakuadratn.wordpress.com/2011/08/05/hubungan-fungsi-bahasa-daerah-dengan-bahasa-indonesia/
-http://fardelynhacky.blogspot.com/2012/06/bangga-berbahasa-indonesia-dan-bahasa.html
Konsepsi IBD Dalam Kesusastraan
-Sastra
Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.
Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah:
Pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi.
Ilmu budaya dasar (IBD) adalah sebagai bagian dari MKDU. IBD tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian, akan tetapi sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya.Sastra disini digunakan sebagai alat untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan yang dapat membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus.
Prosa adalah Prosa adalah bentuk paling khas dari bahasa , menerapkan biasa struktur tata bahasa dan aliran alami pidato daripada struktur ritmis (seperti dalam tradisional puisi ). Prosa berbanding terbalik dengan puisi. Meskipun ada perdebatan kritis pada pembangunan prosa, kesederhanaan dan struktur longgar didefinisikan telah menyebabkan adopsi untuk sebagian besar dialog yang diucapkan, wacana faktual serta tulisan topikal dan fiksi. Hal ini umum digunakan, misalnya, dalam literatur , koran , majalah , ensiklopedi , penyiaran , Film dan sejarah.
Sumber :
-http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra
-http://zarapintar.wordpress.com/2012/03/18/konsep-ilmu-budaya-dasar-dalam-kesusastraan/
Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.
Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah:
- Novel
- Cerita/cerpen (tertulis/lisan)
- Syair
- Pantun
- Sandiwara/drama
- Lukisan/kaligrafi
Pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi.
Ilmu budaya dasar (IBD) adalah sebagai bagian dari MKDU. IBD tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian, akan tetapi sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya.Sastra disini digunakan sebagai alat untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan yang dapat membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus.
Prosa adalah Prosa adalah bentuk paling khas dari bahasa , menerapkan biasa struktur tata bahasa dan aliran alami pidato daripada struktur ritmis (seperti dalam tradisional puisi ). Prosa berbanding terbalik dengan puisi. Meskipun ada perdebatan kritis pada pembangunan prosa, kesederhanaan dan struktur longgar didefinisikan telah menyebabkan adopsi untuk sebagian besar dialog yang diucapkan, wacana faktual serta tulisan topikal dan fiksi. Hal ini umum digunakan, misalnya, dalam literatur , koran , majalah , ensiklopedi , penyiaran , Film dan sejarah.
Sumber :
-http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra
-http://zarapintar.wordpress.com/2012/03/18/konsep-ilmu-budaya-dasar-dalam-kesusastraan/
Senin, 03 Desember 2012
Tugas IBD "Hubungan Manusia dan Kebudayaan"
Nama : Rendi Satrio
NPM : 19611470
Kelas : 2SA03
MANUSIA
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo Sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
KEBUDAYAAN
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata colere, yang berarti mengolah tanah. Jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai "segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya.
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Secara sederhana hubungan manusia dan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan manusia antara manusia dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri.
PENGARUH MANUSIA DAN KEBUDAYAANYA
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatu lingkungan tertentu akan berbeda dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
Sumber :
-http://manusiabudaya.blogspot.com/2012/03/manusia-dan-budaya.html
-http://apid.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/18431/bab2-manusia_dan_kebudayaan.pdf
-http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
-http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
NPM : 19611470
Kelas : 2SA03
MANUSIA
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo Sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
KEBUDAYAAN
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata colere, yang berarti mengolah tanah. Jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai "segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya.
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Secara sederhana hubungan manusia dan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan manusia antara manusia dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri.
PENGARUH MANUSIA DAN KEBUDAYAANYA
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatu lingkungan tertentu akan berbeda dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
Sumber :
-http://manusiabudaya.blogspot.com/2012/03/manusia-dan-budaya.html
-http://apid.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/18431/bab2-manusia_dan_kebudayaan.pdf
-http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
-http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
Rabu, 28 November 2012
Pengertian Ilmu Sosial Dasar
Nama : Rendi Satrio
NPM : 19611470
KELAS : 2SA03
Ilmu social dasar (ISD) adalah ilmu pengetahuan yang menelaah masalah – masalah social yang timbul dan berkembang, khususnya yang diwujudkan oleh warga Indonesia dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu social.
a.Sekilas tentang ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu sosial dasar.
Telah kita ketahuai bahwa sumber dari semua ilmu adalah di filsafat / filosofi, baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu social ditilik dari pengembangannya bermula dari ilmu filsafat. Kemudian lahirlah 3 ( tiga ) cabang ilmu pengetahuan, yaitu :
1.Natural sciences : meliputi fisika, kimia, biologi, astronomi (IPA).
2.Social sciences : meliputi sosiologi, politik, ekonomi, sejarah, psikologi (IPS).
3.Humanities : meliputi bahasa, agama, kesenian dan kesusasteraan.
b.Pengertian masalah social.
Pengertian masalah social ada 2, yaitu :
1.Warga umum (awam) : Segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan umum adalah masalah social.
2.Menurut ahli masalah social : Suatu kondisi atau perkambangan yang berwujud dalam masyarakat yang mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan.
Contohnya : pedagang kaki lima di kota –kota besar.
c.Tujuan ilmu sosial dasar :
·Memahami dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat.
·Membantu perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian warga Indonesia agar memperoleh wawasan pemikiran yang lebih luas.
·Warga Indonesia memiliki sikap dan tingkah laku yang baik dalam masyarakat.
·Memahami jalan pikiran para ahli dari bidang ilmu pengetahuan lain dan dapat berkomunikasi dengan mereka.
·Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha menanggulanginya.
·Menyadari bahwa setiap masalah yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat kompleks.
d.Pengertian ilmu social dasar di perguruan tinggi.
Ilmu social dasar adalah salah satu mata kuliah softskill yang merupakan mata kuliah yang wajib diberikan di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Mata kuliah ini menitik beratkan pada usaha untuk mengembangkan kepribadian para mahasiswa, berbeda dengan mata kuliah bantu adalah yang bertujuan untuk menopang keahlian dalam disiplin ilmunya.
Sumber :
-http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_8856/title_pengertian-ilmu-sosial-dasar/
NPM : 19611470
KELAS : 2SA03
Ilmu social dasar (ISD) adalah ilmu pengetahuan yang menelaah masalah – masalah social yang timbul dan berkembang, khususnya yang diwujudkan oleh warga Indonesia dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu social.
a.Sekilas tentang ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu sosial dasar.
Telah kita ketahuai bahwa sumber dari semua ilmu adalah di filsafat / filosofi, baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu social ditilik dari pengembangannya bermula dari ilmu filsafat. Kemudian lahirlah 3 ( tiga ) cabang ilmu pengetahuan, yaitu :
1.Natural sciences : meliputi fisika, kimia, biologi, astronomi (IPA).
2.Social sciences : meliputi sosiologi, politik, ekonomi, sejarah, psikologi (IPS).
3.Humanities : meliputi bahasa, agama, kesenian dan kesusasteraan.
b.Pengertian masalah social.
Pengertian masalah social ada 2, yaitu :
1.Warga umum (awam) : Segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan umum adalah masalah social.
2.Menurut ahli masalah social : Suatu kondisi atau perkambangan yang berwujud dalam masyarakat yang mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan.
Contohnya : pedagang kaki lima di kota –kota besar.
c.Tujuan ilmu sosial dasar :
·Memahami dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat.
·Membantu perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian warga Indonesia agar memperoleh wawasan pemikiran yang lebih luas.
·Warga Indonesia memiliki sikap dan tingkah laku yang baik dalam masyarakat.
·Memahami jalan pikiran para ahli dari bidang ilmu pengetahuan lain dan dapat berkomunikasi dengan mereka.
·Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha menanggulanginya.
·Menyadari bahwa setiap masalah yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat kompleks.
d.Pengertian ilmu social dasar di perguruan tinggi.
Ilmu social dasar adalah salah satu mata kuliah softskill yang merupakan mata kuliah yang wajib diberikan di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Mata kuliah ini menitik beratkan pada usaha untuk mengembangkan kepribadian para mahasiswa, berbeda dengan mata kuliah bantu adalah yang bertujuan untuk menopang keahlian dalam disiplin ilmunya.
Sumber :
-http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_8856/title_pengertian-ilmu-sosial-dasar/
Kamis, 13 September 2012
Mata Harimau akan Kembali Menelusuri Hutan Indonesia
-Greenpeace
Di poto ini wajah saya terlihat aneh? -_- . Yaa ini adalah efek dari memakai kostum enggang yang sangat menggerahkan lagi memberatkan. Tapi overall saya bangga & senang dapat memerankan sosok burung enggang. Semoga burung Enggang yang masih tersisa (termasuk Orangutan dan Harimau) tetap bisa merasakan hutan sebagai rumah tempat mereka tinggal. Mari kita bersatu padu menyelamatkan habitat mereka.
Minggu, 01 Juli 2012
Kepariwisataan di Kabupaten Wonogiri
TUGAS KEPARIWISATAAN
Nama : Rendi Satrio
Jurusan : Sastra Inggris
Kelas : 1SA02
NPM : 19611470
1.PENDAHULUAN
1. Alasan Penulisan
Saya menulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah softskill ke-2 (Pengembangan Kepariwisataan). Makalah ini membahas tentang kepariwisataan dan dampak-dampak dari pariwisata.
2. Tujuan Penulisan
Tujuan saya membuat makalah ini adalah yaitu agar masyarakat mengetahui tempat-tempat wisata di Kabupaten Wonogiri dan Kondisi Kabupaten Wonogiri yang kaya kepemilikan gunung dan perbukitan
dengan unsur tanah yang bervariasi sehingga kaya akan potensi alam
seperti hutan, sungai, waduk dan gua yang sangat potensial sebagai
tujuan wisata.
3. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam makalah ini adalah dengan metode kepustakaan, dan metode mencari sumber-sumber data dari internet.
4. Sistematika Penulisan
Bab 1 membahas tentang definisi pariwisata secara keseluruhan
Bab 11 membahas tentang tempat - tempat wisata di Kabupaten Wonogiri
11. PEMBAHASAN
1. Definisi Pariwisata, Wisatawan, dan Kepariwisataan
1.1 Definisi Pariwisata
Pariwisata adalah kegiatan menyediakan jasa pariwisata dan usaha-usaha lain yang berhubungan dengan pariwisata, seperti penyediaan obyek wisata dan daya tarik obyeknya, serta jasa pariwisata dan prasarana yang tersedi.
1.11 Definisi Wisatawan
Definisi wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
1.111 Definisi Kepariwisataan
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.
11. Kepariwisataan di Kabupaten Wonogiri
1. Daftar obyek wisata :
Waduk Gajah Mungkur
Pantai Sembukan
Setren Girimanik
Pantai Nampu
Goa Putri Kencono
Museum Kars Dunia
2. Kuliner
Makanan :
Nasi tiwul
Cabuk
Pindang
Mie ayam Wonogiri
Minuman :
Bir pletok
Wedang uwuh
Jajanan :
Krowotan
3. Pengembangan Pariwisata Wonogiri
Potensi obyek wisata Kabupaten Wonogiri memang menarik . Berbagai peninggalan yang berupa bangunan bersejarah, petilasan peninggalan Mangkunegara I atau Pangeran Sambernyawa seperti Tugu Nglaroh, Pertapaan Girimanik dan hutan Lindung Donoloyo serta Rumah Tiban maupun kesenian rakyat yang sampai saat ini masih berkembang dan merupakan aset berharga yang berguna bagi generasi penerus dapat anda ketahui. Aset berharga tersebut oleh Pemerintah kabupaten Wonogiri dijadikan sebagai daya tarik wisata budaya, disamping potensi lain seperti wisata alam misalnya Pantai Nampu, Pantai Nglojok, Pantai Pringjono, Pantai kalimirah, Pantai Sembukan, Pantai Klothok, Air terjun Setren Girimanik, Asem Legi, Sendang Siwani dan Sendang Beton, Waduk Gajah Mungkur serta obyek wisata yang lain yang masih belum dikembangkan.
Selain obyek wisata, beberapa kesenian tradisional juga menjadi unggulan Kabupaten Wonogiri diantaranya Kesenian Kethek Ogleng, Reog, Ketoprak, tayub dan kesenian Islami seperti Santiswaran dapat kita dijumpai disini. Berbagai pertunjukan kesenian lain juga berkembang seperti seni musik dangdut, keroncong, campursari hingga pop yang merupakan bagian dari kegemaran anak muda. Semua pertunjukan berlomba-lomba untuk mencari jati dirinya sehinga mendapatkan tempat dihati masyarakat.
Selain obyek wisata, beberapa kesenian tradisional juga menjadi unggulan Kabupaten Wonogiri diantaranya Kesenian Kethek Ogleng, Reog, Ketoprak, tayub dan kesenian Islami seperti Santiswaran dapat kita dijumpai disini. Berbagai pertunjukan kesenian lain juga berkembang seperti seni musik dangdut, keroncong, campursari hingga pop yang merupakan bagian dari kegemaran anak muda. Semua pertunjukan berlomba-lomba untuk mencari jati dirinya sehinga mendapatkan tempat dihati masyarakat.
111. Penutup
Kesimpulan :
Obyek wisata sebagai daya tarik wisata
Kabupaten Wonogiri tentunya harus didukung oleh semua unsur masyarakat,
karena pada hakekatnya pengembangan obyek wisata
merupakan bentuk partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan.
Sehingga pariwisata di Wonogiri terus berkembang dan dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya.
REFERENSI :
Sabtu, 28 April 2012
9 Summers 10 Autumns
NAME : Rendi Satrio
CLASS : 1SA02
BOOK TITLE : 9 Summers 10 Autumns
AUTHOR : Iwan Setyawan
PUBLISHED BY : Gramedia Pustaka Utama
PUBLISHED IN YEAR : 2011
THE CHARACTER(S) OF THE STORY:
Iwan Setiawan
A-boy-with-red-and-white-uniform: Undefined boy
Abdul Hasim: Iwan’s father,
Ngatinah: Iwan’s Mother, Mbak Isa and Mbak Inan : Iwan’s elder sister, Rini and Mira : Iwan’s little sister
THE SETTING OF THE STORY:
The setting place of the story is in New York City, America. But in New York, Iwan told his past story in Batu, East Java; Bogor, West Java; Venice, Italy; Yogyakarta; Banyuwangi; Bali; Pasuruan;
The setting of time is from 1974, when Iwan was born until 2010 when he left NYC.
The plot is a mix plot, because in the novel he retells his past story.
SUMMARY OF THE STORY
Iwan was born in the city of Apples in East Java. He raised in a six by seven meters house at the foot of Mount Paderman in Batu. The house had two tiny bedrooms, on very small living room, kitchen, and bathroom. As the only boy in the family, Iwan always had to sleep in different quarters. Sometimes he would sleep in his parents’ room, her sisters’ room, the living room, the kitchen or with his grandparents’ in their fragile home that was made from bamboo sticks. His father is Abdul Hasim. He doesn’t remember his birthday and his parents. He worked as a kenek (an assistant to a public transportation’s driver). After five years working as kenek, He finally had his own driver’s license. He thus began work as a public transportation driver. Iwan’s Mother was Ngatinah. She was also raised in Batu and had never left Batu. Iwan’s Elder sister is Sity Aisyah, called Mbak Isa. She was the star of the school because of her academic achievements, but she failed to pass UMPTN. And her family could not afford to send her to private school at the time, so she had to wait to take the next UMPTN. Besides, that year Iwan’s second eldest sister would be graduating from senior high school and their parents could not afford to pay both of their college tuitions, and Mbak Isa gave her heart away and decided to let her younger sister take the opportunity. Then, she tutored junior high and elementary school students. Iwan’s second eldest sister is Mbak Inan. She often represented her school for science and poetry competitions. After high school, she enrolled herself into Brawijaya University in Yogyakarta majoring Fisheries. In college, Mbak Inan actively entered debate competitions. She managed to win a national award for her efforts. Their Family was extremely proud of her; and winning the prestigious award also made it possible for her to receive a scholarship to Japan. For a month, she stayed in Japan as exchanged student. Rini Agustina is Iwan’s little sister. She is the closest sister Iwan had. After finished high school, after seeing how successful her mother’s sister was as the village’s midwife, Rini took the entrance exam at the nursing academy in Malang. But unfortunately, the competition was really tough, and she didn’t get in. Rini decided to take one-year diploma majoring in hospitality at a college in Malang. After she graduated, she decided to help Mbak Mami, her mother’s sister who worked as the village’s midwife. Iwan’s youngest sister is Mira Fatmawati. She was their beautiful doll. Sge went on to study veterinary medicine at IPB (Bogor Institute of Agriculture); and here she began a new chapter in her life. After graduating from the institute, Mira worked at the government division that oversaw the cattle industry in Bogor. She quit her job and worked at the Indonesian Bird Flu Commission in Jakarta.
Iwan was born in Batu, on December 2nd 1974. When he was born, his parents were extremely happy because they had wanted a boy for so long. His birth was a speck of hope: a boy who would work hard and provide for the family. For him, this hope at once served as a challenge and a dreadful prospect. He didn’t know where to start; or how to begin to fulfill this hope. All of his mother’s brothers had made their living driving public transportation cars; His father was a driver. Everyone around him inspired him; they were so close to him that it felt as though he was born to became them, to drive
When he entered elementary school, he mustered up the courage to stay in school without having my mother at his side. And he enjoyed his time in classroom, because he could “play” with his school subject, his toys. And at the end of the school semester, they were all taken aback by the fact that he had made it to the top three list of most successful student in his classroom. Aside his academic excellence, it turned out that he also had hidden talent. Bu Sun, my music teacher said that I had a good voice. She trained me to sing better, and sent me to represent the school to several singing competitions. One of his singing friends who had been taught by Bu Sum at the time was Krisdayanti, his classmate who has now become Indonesia’s most favorite singer. Bu Sun was also the one who discovered Yuni Shara, Krisdayanti’s sister.
More than just singing, Iwan had also represented the school for reading poetry competitions.
When Iwan got into junior high school, He felt like he was getting closer to the perceived “challenge” that a man, especially the only son of a family, should be independent and help provide for the family. He had to take his lessons seriously, and he treated his books very seriously as well. He studied hard, perhaps even harder than all his friends. He started getting up really early in the morning, so he could study before he had to go to school. Sometimes he would wake up at one in the morning, and he didn’t care that it was still dark outside, or that he had to study under a dim night, or that there were apparitions around me. He fought off my own exhaustion and fear because he wanted to study; wanted to defeat his fear and failure. So he began the fight against the feeling of “smallness” that was gnawing at him. He got through junior high school with much success. He excelled academically; as did his sisters. Because of that, the reputation of our little house slowly rose toward the light.
SMAN 1 is the only public senior high school in Batu that every parent in that area would like to enroll into. Actually, Iwan would like to enroll his self to SMAN 3 Malang or Military High School Taruna Nusantara in Magelang, but his boat finally settled at the foot of mount Panderman. In Senior high, Iwan began to join a theater club. Being the part of theatrical community was one of the most life-changing experiences he ever had. Aside, from teaching them how to become great actors, Mas Yani, the theater instructor also opened their windows and threw our dream out into the great ocean.
When Iwan started his senior high school years, he began to open his self up. Because He had done so well in junior high school, He felt more confident about his self and he started to develop close relationships with his peers. He began to have a few close friends. Among his new friends, he got to see great houses with ceramic flooring, spacious yard, motorbikes, cars, video players, telephones, pianos, and piles of books. His eyes were suddenly opened. He wanted to change their fate for better. He tried to tutor some elementary student and junior high school student. More than that, he managed to enroll his self into Bogor Institute of Agriculture (IPB), majoring statistics. He chose that because some of his seniors had successfully enrolled themselves into the school and they were very accomplished.
After Iwan’s father sold his minibus to pay for Iwan’s college tuition, Iwan went to Bogor from Lorena Bus Terminal in Malang. In the next day, he arrived in Bogor with two of his friend who also passed the entrance exam to Bogor Institute of Agriculture. The bus stopped at Baranangsiang Terminal. They were greeted by Mas Imam, their senior from SMAN 1 Batu, who also studied at Bogor Institute of Agriculture. They stayed at Mas Imam’s rented room until he found their own place. Teguh, Iwan’s Senior High School friend from Batu and Iwan finally moved out from Mas Imam’s room and into another rented room in Bapeund area behind the Baranangsiang Terminal. The house was inhabited by several senior students majoring in Statistics and three first-year students. Most of the students were from other parts of Java, only one student hailed from Jakarta, Mas Mul- Who became Iwan’s roommate. He was very patient in answering iwan’s questions surrounding his life in Jakarta, religion, family, music, the past, the future, and the most importantly, what it was like to major in Statistics. It was one of the more popular majors at Bogor Institute of Agriculture, which was also one of the most difficult majors to study. The faculty only accepts 40 to 50 students a year. Iwan might have been one of the best students in Batu, but here in Bogor his academic achievements seem fairly small compared to other accomplished students. With hard work, and always longing to return to my little house, he managed to finish his first year of college with a satisfactory GPA of 3.3! It was a good GPA at the time.
Entering the second year, Iwan had two major expenses: His college tuition and rent fee. At the same time, Mbak Inan had to pay for her own college tuition as well. Bapak worked night shift as truck driver, Mbak Isa tutored more students, and Ibu contributed in every way she could. Iwan tried to cut down on his living expenses down to the bare minimum. He wanted to finish the school as soon as possible. He wanted to get us out of this misery. Because there was no tother way to cover the growing of expenses, Bapak finally had to borrow money from his brother, Lek Tukeri who worked as green grocer in Pulomas area, North Jakarta. The money they borrowed from Lek Tukeri was used to pay for his rent and college tuition.
Because Iwan would go to Jakarta to Lek Tukeri’s house every so often to pick up his “Scholarship fund”, he felt like seeing more of Jakarta. With Lek Tukeri help, as well as some scholarship fund from Supersemar Foundation, he left the old place and moved to a quiter neighborhood in Bagunde area. Iwan shared his room with another student. His name was Firdaus Ria Herlambang, a second year student at Bogor Institute of Agriculture who majored in Biology and came from Bekasi. Often the weekends, Daus would take Iwan to his parents’ house in bekasi. Daus didn’t only introduce Iwan to his relatives in Bekasi, but he had also taken Iwan to see the city of Bandung and was incredibly touched by it. The journey has its own special place in his heart. The journey opened a new page. Iwan saw a new life, a new lifestyle, a new family and new warmth. His eyes were opened and the world looked so much bigger. Since then, he made commitment with his self to always discover new place, new cities, new culture.
One of the more “serious” journeys he had taken during his college days was with his best friends who also majored in Statistics, during the internship program (KKN) in Pasuruan. Through they had very little money they decide to take crazy trip from Jakarta to Yogyakarta, to Banyuwangi, to Pasuruan, and to Bali. After finished KKN, Iwan return to Bogir to finish the thesis. His guidance instructor was a “popular personality” in his statistics faculty, Mr. Andi Hakim Nasution. He was a great inspiration for all of them. Spending his last year at IPB with Mr. Andi Hakim Nasution was life-changing for Iwan. Though he was very buzy, Mr. Andi had never stopped visiting the library to speak with his students about their thesis and recommended important books to them. With Mr. Andi’s guide and Iwan’s own good will, he managed to finish his study less than four years.
October 4th 1997 was one of the most beautiful and touching days of Iwan’s life. A celebration of life, a winning streak. His parents and Mbak Isa came to Bogor to attend Iwan’s graduation ceremony. On that day, there was a great surprise for Bapak, Ibu, and Mbak Isa. Before the main event began, the best graduates were announced. Out of the several names mentioned, Iwan’s name was also announced as the best graduate from MIPA faculty with GPA of 3.52. He felt like he was flying as he walked to the podium, receiving the award.
Iwan wanted to work as soon as possible so he could pay back everything he owed to Lek Tukeri and “free” his family of the mounting debt. One day, Mas Dindin provided me with a way out that I had yet realized. He talked about his job at the multinational company and the ins and outs of his job as a data processing executive. That night, Iwan gave him his application vacancy at the company he worked for. One morning, Iwan received a message that there was a call from Nielsen Jakarta for a job interview. All his friends in Nielsen accepted Iwan very well. He finally worked at Nielsen that day.
At the end of each month, Iwan would set aside some money for his little house in Batu. He had also opening a bank account for his little sister Rini and Mira, so they could receive money as well. Each month, his confidence grew. He became more comfortable at his job and far more serious about it. After a year, Iwan decided to leave Bogor. Aside from the fact that he often had to stay late at the office, he also wanted to feel what it was like to live in Jakarta. Daus and some of my friends from Bogor took me to the new place.
After two years of working at Nielsen, Iwan decided to seek new horizons, new challenges. He sent out his application letter and attended a number of interviews; and then he was accepted as a data analysis at Danareksa Research Institute. After he joined with Danareksa, he still made the time to stop by his old office at Nielsen, once or twice a week, to help DP teams finish their foreign project. He worked as a consultant after working hours at Danareksa, He wanted to give something to the place that had given me the first opportunity, where his career began.
One day, there was an email sent to Iwan from Fidi Sjamsoedin, one of Iwan’s colleagues back at Nielsen Jakarta. The email said “Ati is looking for you!”. Mbak Nurati Sinaga was Mas FIdi’s manager at the department of Customized Research. Mbak Ati had moved to Nielsen International Research, based in New York. Maybe she wanted to give Iwan some project in Jakarta.
And the news was amazing. It was blinding. Iwan didn’t think, he just day-dreamed. New York seemed so far away. But now, Mbak Ati was looking for iwan and offered him a job as a data processing executive in New York. That was very amazing, right? Mbak ati sent me an email to arrange for a telephone interview with a senior manager of data processing in New York. Though the interview with Rickie, from Nielsen New York went well or even better than Iwan had anticipated, he still did not dare to hope that he would get the job in New York. At last, the news Iwan had been waiting for arrived.
A few days before Iwan’s departure, Mbak Isa managed to borrow some money, about USD 1000, from one of the students’ parents to pay for his living expenses in the first month of his stay in NY. Because he was too buzy working at Danareksa, he didn’t have time to go back to Batu and say goodbye to his family in person. After transiting for a few hours in Seoul, he continued his journey to New York. That morning, on October 1st 2000, around 10 am, after journeying for 20 hours, his plane landed at John F. Kennedy Airport in New York
Sabtu, 21 Januari 2012
DPR = Dewan (tak) Peduli Rakyat
Proyek DPR :
1.Dana pewangi ruangan Rp 1,59 milliar
2.Nutrisi penambah daya tahan tubuh Rp 824,4 juta
3.Pengadaan kalender Rp 1,3 milliar
4.Perawatan kebersihan gedung DPR Rp 15 milliar
5.Pengadaan mesin fotokopi Rp 5,7 milliar
Renovasi :
1.Ruang rapat banggar Rp 20,3 milliar
2.Toilet Rp 2 milliar
3.Parkir motor Rp 3 milliar
4.Rumah dinas anggota DPR Rp 3,6 milliar
Selama ini apa hasil dari kerja mereka? apa yang patut dibanggakan dari mereka?.
Meski miskin prestasi dan proyek-proyek siluman berseliweran, negara malah menambah anggaran DPR. Tidak tanggung-tanggung, uang yang digelontorkan ke Senayan pada tahun ini mencapai Rp 2,94 triliun. Parahnya anggaran yang berlimpah itu berbanding terbalik dengan kinerja DPR yang kian memburuk. DPR hanya bisa buang uang rakyat saja tanpa kinerja yang berarti. Memang benar kata almarhum Gus Dur, DPR seperti anak TK karena bisa jajan, tapi enggak ada tanggung jawab.
Lihat anak-anak ini berjuang untuk mencapai sekolah dengan mempertaruhkan nyawa mereka, saya melihat berita ini sebelumnya sekitar 2 minggu yang lalu di televisi. Dan parahnya belum ada langkah pasti untuk memperbaiki atau membuat jalan yang layak.
DPR sebagai wakil rakyat seharusnya peka akan hal ini, tapi mereka justru peka akan hal-hal pribadi mereka. Saya pikir memperbaiki jembatan ini takkan sampai menghabiskan uang berpuluh-puluh milliar seperti proyek dana pewangi ruangan Rp 1,59 milliar, nutrisi penambah daya tahan tubuh Rp 824,4 juta dan pengadaan kalender Rp 1,3 milliar.
1.Dana pewangi ruangan Rp 1,59 milliar
2.Nutrisi penambah daya tahan tubuh Rp 824,4 juta
3.Pengadaan kalender Rp 1,3 milliar
4.Perawatan kebersihan gedung DPR Rp 15 milliar
5.Pengadaan mesin fotokopi Rp 5,7 milliar
Renovasi :
1.Ruang rapat banggar Rp 20,3 milliar
2.Toilet Rp 2 milliar
3.Parkir motor Rp 3 milliar
4.Rumah dinas anggota DPR Rp 3,6 milliar
Selama ini apa hasil dari kerja mereka? apa yang patut dibanggakan dari mereka?.
Meski miskin prestasi dan proyek-proyek siluman berseliweran, negara malah menambah anggaran DPR. Tidak tanggung-tanggung, uang yang digelontorkan ke Senayan pada tahun ini mencapai Rp 2,94 triliun. Parahnya anggaran yang berlimpah itu berbanding terbalik dengan kinerja DPR yang kian memburuk. DPR hanya bisa buang uang rakyat saja tanpa kinerja yang berarti. Memang benar kata almarhum Gus Dur, DPR seperti anak TK karena bisa jajan, tapi enggak ada tanggung jawab.
DPR sebagai wakil rakyat seharusnya peka akan hal ini, tapi mereka justru peka akan hal-hal pribadi mereka. Saya pikir memperbaiki jembatan ini takkan sampai menghabiskan uang berpuluh-puluh milliar seperti proyek dana pewangi ruangan Rp 1,59 milliar, nutrisi penambah daya tahan tubuh Rp 824,4 juta dan pengadaan kalender Rp 1,3 milliar.
Langganan:
Postingan (Atom)